Followers

Popular Posts

Search

Ketik kata yg ingin dicari, kemudian tekan enter

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Kamis, 30 Mei 2013

JEJAK (Melihat Kebutuhan Administrasi dari Sudut Realita dan Agama) Bagian I

     , ,      No comments   
Anak kecil seorang manusia berbeda dengan hewan kecil peliharaan kita. Anak manusia adalah manusia itu sendiri. Mereka, meski tubuhnya mungil dan lemah, meski wawasan bahasa dan pengalamannya pun masih terbatas, dalam dirinya terdapat potensi, terdapat modal kekuatan, untuk menjadi manusia besar yang potensi itu sebetulnya sudah bekerja sejak dini. Akal pemikirannya sudah banyak mempertanyakan persoalan-persoalan besar tentang kehidupan ini, tentang alam raya ini, bahkan tentang sosok pembuat semua yang ada di dunia ini. Bahkan mungkin saja mereka suka mempertanyakan hal-hal besar yang oleh manusia dewasa sudah dikesampingkan dan dipandang tidak perlu lagi dicari jawabannya. 

Setidaknya itulah buah pengalaman sendiri, yang saya alami sendiri, di masa kecil dulu. Walau pun banyak pertanyaan yang terlintas itu harus berhenti dalam batas-batas simbol tanda tanya yang tidak terurai jawaban pastinya, pertanyaan demi pertanyaan seakan tak bosan-bosannya muncul dalam perputaran pikiran dunia kecilku. Terlebih di kala ilmu bacaku mulai aku gunakan, meski terbata-bata, buat mencerna sederet tulisan-tulisan dalam buku maupun kitab suci. Pertanyaan besar kian datang banyak bermunculan, namun sedikit sekali yang mampu memberi jawaban yang memuaskan, hingga mau tidak mau pertanyaan-pertanyaan itu harus aku alihkan ke tempat persinggahan diamnya dalam kondisi masih utuh segar terbungkus simbol tanda tanya... 

Contoh kecilnya saja adalah pertanyaan "Kalau Allah itu maha kuasa hingga cukup dengan mengatakan 'jadilah..!!' sesuatu yang dikehendaki-Nya pun langsung jadi, lalu kenapa Ia pada kenyataannya membuat bumi dan alam raya ini membutuhkan waktu hingga 6 hari?". Begitulah kira-kira isi pertanyaan membingungkan di masa kecilku itu. Dan jawaban yang ditemukan dari orang tua dan guru-guru, selaku sumber pokok referensiku kala itu, seringkali sulit buat aku cerna. Perkataan dan pernyataan mereka sering kali memakai istilah yang abstrak buat difahami oleh aku kecil yang wawasan pemahaman terhadap bahasa manusia dewasa semisal mereka masih sangatlah terbatas. Bagai mana tidak, untuk mencerna dan memahami sebaris jawaban yang diberikan oleh ayahku saja aku butuh puluhan, atau bahkan belasan tahun untuk hidup dulu di muka bumi ini. 

Untuk menjawab pertanyaan dariku, ayahku bilang "itu adalah bentuk kecil dari sifat ke-maha rahman dan rahiem-an Allah". Dan untuk memahami sebaris jawaban itu aku butuh waktu hidup belasan tahun kemudian. 
 
Namun jawaban dari ayahku itu sebetulnya masih mendingan bila dibanding dengan jawaban yang aku berikan kepada anak didikku sekarang. Sebab buah pemahaman dari hasilku berfikir dan mencari penjelasan berpuluh-puluh tahun lamanya itu salah-satunya aku coba bungkus dalam satu kata saja, yakni kata "JEJAK". Anda bisa bayangkan bagaimana bingungnya anak didikku waktu ini untuk memahami kaitannya pertanyaan itu dengan kata "jejak" yang aku jadikan sebagai jawabannya. Tentu saja ini bukan dilandasi oleh sikap luapan balas dendam. Sebab di sisi lain saya sudah mencoba memberikan penjabaran semampu yang saya bisa dan saya anggap bisa menjadi jembatan buat mereka melangkah untuk memahaminya lebih lanjut. 

Dan dibalik itu semua sebetulnya tersimpan harapan besar. Harapan semoga mereka terus menyimpan rasa penasaran besar hingga dewasa nanti mereka tetap menjadi manusia yang seterusnya suka berfikir, bertanya, dan mencari jawabannya. BERSAMBUNG....

0 komentar:

Posting Komentar