Followers

Popular Posts

Search

Ketik kata yg ingin dicari, kemudian tekan enter

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Senin, 21 Januari 2013

Cerita Kecil Bersama AVA #1

Ketika pertama kali aku harus pisah jauh dari kehidupannya, di pojok kota kecil Cimahi Utara, air mataku selalu saja menetes deras tatkala kenangan indah akan kasih-sayang yang dicurahkannya sewaktu hidup bersama terlintas kembali dalam bayang-bayang ingatan menghiasi waktu-waktu menjelang tidur malamku. Isak tangis biasanya tak henti-hentinya aku lalui hingga kesadaranku hilang dan masuk dalam dunia mimpi. Masa-masa itulah yang telah menyadarkanku akan besarnya jasa Ava, tentang dalamnya kasih dan sayangnya. Pengorbanan dan perjuangannya untuk sebisa mungkin memberikan sesuatu yang terbaik buatku tidaklah bisa kuurai dengan mudah lewat ungkapan ucap lisanku ini.

Kenyamanan diam dalam gendongan hangatnya saat aku sakit hngga mulai sembuh, kecupan sayang yang selalu diberikan berkali-kali di kala aku mulai terbaring dan memjamkan mata di setiap malam, tangan kekarnya yang memberikan rasa aman ketika memapah jalanku menyebrangi keramaian jalan raya atau pun jembatan sungai yang curam penuh bahaya, beserta kenangan-kenangan indah lainnya, itulah yang kuingat dan membuat aku semakin merindukan kehadirnnya. Aku yang kala itu baru merasakan namanya dilecehkan orang, aku yang kala itu baru merasakan bagaimana pedihnya perjuangan hidup yang harus ditempuh oleh seorang makhluk yang bernama MANUSIA dalam hidupnya, dan aku yang waktu itu baru mengalami secara  nyata bagaimana rasanya bila hidup terpisah jauh darinya, sungguh kenangan indah bersamanya membuat aku semakin ingin meratap tangis, menjerit histeris, teriak keras memintanya datang dan menjemputku kembali pulang ke pangkuannya.

Di masa kecilku, Ava hanyalah seorang pekerja buruh kasar yang sepenuhnya mengandalkan kekuatan otot demi mendapatkan sekeping upah yang hanya cukup buat memenuhi kebutuhan pokok hidup kami sehari-hari. Namun anehnya, di setiap kali pulang dari tempat kerjanya, Ava selalu membawakan oleh-oleh roti buatku. Oleh-oleh yang amat istimewa buatku kala itu. Oleh-oleh yang menumbuhkan rasa bangga dalam diriku akan sosoknya. 

Di kampungku, roti waktu itu merupakan makanan elit orang-orang kaya yang cukup mahal harganya, dan tidak mungkin terbeli oleh anak dari keluarga miskin seperti kami. Namun makanan itu selalu Ava jadikan oleh-oleh kebahagiaanku. Sebab dengan itu temanku menghargaiku. Dengan oleh-oleh itu, teman-temanku yang tidak tahu pekerjaan Ava yang sebenarnya, memandang Avaku sebagai pekerja sukses. Dan aku hidup serasa anak kaya dikala oleh-oleh itu ada digenggamanku. Sayangnya, hingga keberangkatanku ke Cimahi, aku belum pernah memikirkan dari mana Ava mendapatkan ROTI yang istimewa itu.

Oktober 1998 aku pulang dari Cimahi. Bisa sekolah di Cimahi secara geratis adalah usaha keras Ava juga dalam memenuhi permintaanku yang merengek terus-terusan ingin melanjukan sekolah. Namun nyatanya aku menyia-nyiakan usaha beratnya itu. Setelah empat bulan lamanya sekolah di sana, aku menyerah dan mengakhirinya. Aku keluar dari sekolah itu. 

Selang beberapa saat dari kepulanganku, sebagai hukuman dari sikap aku yang telah menyia-nyiakan kesempatan emas bersekolah secara geratis itu, Ava mengharuskanku membatu pekerjaannya. Tidak disangka-sangka, ternyata momen kebersamaan itu nyatanya telah membuka mata sadarku untuk lebih menengok perjuangan kerasnya. Dari momen itulah aku kini mengetahui bahwa roti yang selalu jadi oleh-oleh kebanggaanku, roti yang jadi makanan istimewa yang bisa kucicipi itu, nyatanya adalah jatah dia yang diberikan oleh bosnya diwaktu istirahat kerja. Ternyata selama kerja ia tidak suka memakan jatah roti itu. Ia mengumpulkan jatah makannya itu untuk dijadikannya oleh-oleh kebanggaan anak-anaknya. Dan aku kala melihat kenyataan itu hanya menumpahkan rasa haru yang menyesak di dada dengan tetesan air mata juga. Aku kala itu bebenar-benar merasakan penyesalan teramat dalam telah menyia-nyiakan pengorbanan dan perjuangan besarnya.

Ava adalah panggilanku terhadap ayah yang mendidik, membesarkan, dan menjaga aku dari mulai aku lahir ke dunia hingga dewasa ini. Dia adalah salah satu cerminan dari sikap para orang tua yang senantiasa berusaha semaksimal mungkin mampu memberikan sesuatu yang terbaik buat anak-anaknya. Dan tentu ini adalah secuil kecil dari potret kerja keras sosok ayah yang sudah seharusnya tidak kita pandang rendah dan sia-siakan.

Semoga Aku dan saudara-saudara sekalian yang memang telah merasakan banyaknya curahan kasih dan cnta dari para orang tua kita, bisa tumbuh dan besar melanjutkan cita-cita mereka, membanggakan dan membahagiakan hidup mereka di sisa usia senjanya kini...... 

Ava.... semoga do'a-do'amu yang berisikan permohonan aku tumbuh menjadi anak shaleh secepatnya terkabulakan... Amiin

Salam rindu dari manusia yang selalu menerima limpahan kasih cintamu
Dari aku, Anakmu....!

Selasa, 01 Januari 2013

Hey Tuhan....

     No comments   
Hey Tuhan... Engkau Maha Tahu bahwa aku kini tengah berada di awal tahun 2013. Bahwa aku kini mulai merajut kembali usia baru hidupku di dunia ini. Hidup yang selalu kucoba isi dengan beragam gerak dan corak harapan dan usaha.

Engkau pasti tahu dan mendengar bahwa di ujung tenggang waktu yang kemarin itu aku sempat habiskan putaran waktu dengan mengeluh dan terus mengeluh pada-Mu. Tentang harapan yang tidak terwujudkan. Tentang perasaan cinta yang berbunga namun belum bisa kuhalalkan. Hingga beragam langkah yang belum sempat terselesaikan itu harus aku teruskan di sisa usia yang entah kapan menemui ajalnya. Duka lara hadapi semuanya sempat merangsang titik kecewa menjadi buah besar yang amat berat kurasakan. Maafkanlah aku yang pernah menghujat-Mu. Pernah mengabaikan kebijakan bijak buat hidupku.

Di tengah detik-detik akhir bulatan usia yang kau anugerahkan, aku kembali menjadi perenung ulung yang berusaha mencari hikmah agung dari setiap peristiwa yang sempat aku hadapi dan lalui. Aku tak ingin apa yang telah kulalui itu hanya menjadi beban hidup yang melelahkan harapan dan menggusur kedewasaan. Aku tidak mau satu dua keinginan yang tidak bisa terwujudkan itu menjadi media yang mengantarkan aku pada kondisi kebutaan dalam melihat berjuta-juta anugerah ni’mat yang telah Engkau curahkan. Maka maafkan aku jika kini aku sejenak diam dan berhenti dalam putaran waktu yang tidak lelah berhenti.

Di atas lembaran nominal usia yang masih putih bersih ini, aku mengantongi beragam hikmah yang kan kujadikan bekal untuk langkah ke depan. Semoga ini semua menjadi modal berharga bagi gerak hidupku mengisi usia yang masih Kau amanahkan untuk kuisi dengan lukisan terindah hingga menjadi umur yang mampu kupetik buahnya penuh kebanggaan di akhir nanti.

Agenda besar, harapan besar, dan usaha besar telah kurajut di tahun yang baru saja kulewati perhitungannya malam tadi. Hingga banyak kenangan indah yang bertabur hikmah, juga rasa kecewa yang sempat hinggap lalu pergi ke tempat yang tidak kuketahui letaknya. Bangga dan bahagia, sedih dan lelah, telah lah aku rasakan begitu dalam hingga warna-warna ceria berlabur senyum dan tawa sering menyertainya dan butiran butiran air mata yang tidak bisa terbendung saat menderainya pun kadang kala menyapa juga. Warna-warni kisah kehidupan yang indah dengan sedih dan gembira, riang dan sepi, lapang dan susah, terus bergantian datang dan pergi telah menyapaku di tahun dan usia yang lalu.

 Hanya harapan dan rencana yang kini baru bisa kususun dan kembangkan. Semoga tahun dan usia yang baru kuisi ini akan menjadi sejarah yang bisa kubanggakan di tahun dan kehidupan berikutnya... aamien!