Followers

Popular Posts

Search

Ketik kata yg ingin dicari, kemudian tekan enter

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Jumat, 02 Oktober 2015

Manusia Makhluq Surga

     No comments   

Meski lahir dan dibesarkan di dunia, pada hakikatnya Manusia adalah makhluq surga. Dunia bagi manusia bukanlah rumahnya. Ia hanyalah lahan pengembaraan yang suatu saat akan ditinggalkan.

Dunia adalah tempat ia diuji untuk mencurahkan potensi yang dimiliki dalam memimpin laju pergerakan kehidupan. Kekhalifahan telah dibebankan pada pundaknya. Akal fikiran, rasa kepekaan, naluri dan hasrat keinginan telah menjadi modal untuk ia rangkai menjadi alat kekuasaan. Sarana dan prasarana kehidupan di dunia ini telah Allah serahkan sepenuhnya untuk ia kelola sebaik-baiknya.

Untuk menjalankan beban tugasnya sebagai pemimpin dunia, Allah SWT. mengadugerahkan kemuliaan melebihi apa yang diberikan kepada makhluq lainnya. Dalam hal ini, secara tegas Allah Ta'ala berfirman: "Wa laqad karramnaa banii aadama wa hamalnaahum fiel-barri wal-bahri wa razaqnaahum minath-thayyibaati wa fadh-dhalnaahum 'alaa katsierin mim-man khalaqnaa tafdhielaa" Sungguh Kami telah muliakan anak-cucu Adam, telah Kami angkut mereka di darat dan di laut, mereka telah Kami beri rizki yang baik-baik, serta Kami unggulkan mereka di atas makhluq-makhluq Kami yang lain dengan kelebihan yang sempurna. (Qur'an surah Al-Israa: 70)

Informasi dalam ayat tersebut mengandung isyarat besar. Anugerah kemampuan untuk bisa mengarungi daratan dan lautan, kemampuan memproses beragam makanan yang berkualitas thayyib, adalah kemampuan yg bisa manusia pergunakan selama menjalankan roda kepemimpinan di duni. Anugerah kemampuan berkreasi itu menghantarkan peradaban manusia di atas kualitas makhluq-makhluq Allah yang lainnya.

Namun pada ayat ke 72nya Allah Ta'ala kemudian mengingatkan "wa man kaana fie haadzihi a'maa, fahuwa fil-aakhirati a'maa wa adhallu sabielaa" Barang siapa di dunia ini buta (dari petunjuk Allah) maka dia kelak di akhirat pun akan buta dan dalam kesesatan yang jauh...

Pada suatu saat yang telah ditentukan, ia akan pulang, kembali ke tempat asal. Kembali ke tempat dimana leluhur nasabnya dulu berdiam. Dan masa menjalani ujian dari kemampuan kepemimpinannya di dunia akan menjadi tolok-ukur kondisi keberadaannya nanti di tempat kembali. Sengsara atau bahagia di tempat pulangnya adalah bergantung pada sukses tidaknya ia menjalankan ujian amanah kepemimpinannya.

Semoga kita termasuk pada kelompok manusia yg tiadak buta akan petunjuk, ayat-ayat, serta penjelasan Allah Subhaanahu wa Ta'ala.

Wallahu A'lam...

Ibadah Jum'at

          No comments   

Bersyukur kita kepada Allah SWT. Yang telah mengundang kita penuh hormat untuk datang menghadiri majlis jum'at ini. Tentunya, ada tujuan serta maksud agung hingga Ia menyeru kita, para lelaki, pemimpin keluarga untuk menghadiri acara ini, untuk tertib dan penuh keseriusan saat menjalankannya.

Di majlis jum'at ini, kita selaku pemimpin keluarga punya kesempatan besar untuk membangun pondasi keimanan, menyusun pilar strategi dan taktik kepemimpinan, hingga diharapkan mampu mewujudkan keharmonisan hidup berkeluarga, bermasyarakat, dan bernegara.

Alangkah sayangnya bila kesempatan yang mulia ini kita lalui penuh sia-sia. Alangkah ruginya bila ungdangan penghormatan ini kita isi dengan sikap bercanda, acuh, atau malah dengan tiduran.

Maka dari itu, mari kita persiapkan diri kita dalam mengisi ibadah jum'at ini dengan sebaik-baiknya. Mari kita simak penuh khidmat apa yang hendak disampaikan oleh orang yg telah kita angkat sebagai khatib jum'at.

Dengan penuh kesadaran akan guna dan tujuan mulia dari berkumpulnya kita di waktu dan tempat yang sama ini, mari kita perkuat keimanan, perbaharui semangat keta'atan, kita pertebal rasa sadar akan pentingnya persaudaraan.

Semoga dari jumat yang satu, ke jumat yang lainnya, dengan penuh kekhusuan ini kita bisa meningkatkan kualitas amal, kualitas pemikiran, serta kualitas keimanan, hingga mewujud jadi pribadi muslim yang hakiki.

Wallahu A'lam...!!

Senin, 01 September 2014

Kehawatiran

     No comments   
Senin 13 januari 2014

Saya takut terlena oleh lajunya waktu. Di sini, di kampung ini, tempat aku dulu dilahirkan dan dibesarkan, kini di usia dewasaku aku kembali di sini. Aku kembali untuk belajar hidup di kampung sendiri. Namun entah mengapa rasa takut terlena di dalamnya secara tiba-tiba hinggap dalam pikiranku malam ini. Aku di sini merasakan takut menjadi manusia yang kurang berguna. Aku takut menghabiskan masa usia dengan tumbuh menua dengan tiada artinya. Seminggu sudah aku kembali hidup di sini, tanpa ada aktivitas yang berarti.

Meski pun kampung ini masih sekitar Bandung, namun kondisinya sudah jauh berbeda dengan Bandung kota. Di sini, malam begitu sunyi, senyap

Malam

          No comments   
sumber photo: flexmedia
Dari balik selendang malam 
cuaca dingin dengan tenang datang 
menyelinap, melabur tiap sendi dalam diri 
Menyapa rasa asa yang sempat diam kelam, 
beku membatu bangun melintas lemas ... 

Duhai malam.... 
Pena tadi hari telah habis kau kikis 
Kini..... 
Peluklah daku dalam nyenyakmu 
dan untuk pagi yang kunanti 
Sempatkan aku jemput hari kembali

Untukmu... Sepedahku

          No comments   
photo diambil saat menembus batas ruang tinggi
dari Rancakole ke Cibeureum Pangalengan, Kab. Bandung (19-02-2014)
Dina welasan taun, anjeun geus jadi batur kuring nu pang satiana. 
Peuting nu sepi jempling, poek mongkleng tur tiis nu matak tiris, kitu deui wanci beurang tengah poe nu panas mentrang, taya carita dina diri anjeun pikeun baha kana pangajak kula. 
Anapon mangsana hujan turun, can kabejakeun jadi alesan piken anjeun embung nganteurkeun. 
Mang pirang-pirang tujuan nu ku kuring dipiharep geus anjeun tedunan nepi ka kalakonan. 
Loba carita nu baheula geus jadi lalakon hirup urang duaan. 
Kasedih tur kapeurih, kasenang jeung kabagjaan, estu kasaksian jeung karandapan ku anjeun jeung urang. 
Sanajan awak hidep geus rempo, taya ajen sakur nu nempo, pikeun kula mah anjeun gede pisan jasana.
Hampura kuring can bisa mapaesan rasa tumarima ieu kukahadean nusatara. 
 Kahatur ka #SiMeongCongkok sapedah kolot